DIET RENDAH PROTEIN PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK
Selain faktor keturunan diabetes, hipertensi, infeksi, batu ginjal, gaya hidup dan pola makan juga sangat berpengaruh kejadian penyakit ginjal kronik yang berakibat pada gagal ginjal. Agar kondisi ginjal tidak semakin parah, perlu dilakukan diet khusus bagi pederita penyakit ginjal kronik.
Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang menahun disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible). Gejalanya biasanya ditandai dengan menurunnya nafsu makan, mual, pusing, muntah, rasa lelah, sesak nafas, edema pada tangan dan kaki serta uremia. Apabila Tes Kliren Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/menit, oliguria atau anuria. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).
Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C dan vitamin D. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium I, II, III, dan IV. Pada stasium IV dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat tetapi belum menjalani terapi pengganti dialisis biasa disebut kondisi pre dialisis. Umumnya pasien diberikan terapi konservatif yang meliputi terapi diet dan medikamentosa dengan tujuan mempertahankan sisa fungsi ginjal yang secara perlahan akan masuk ke stadium V atau fase gagal ginjal. Status gizi kurang masih banyak dialami pasien PGK.
Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian melalui monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim kesehatan. Pada dasaranya pelayanan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta petugas kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada pasien optimal. Asuhan gizi (Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas normal, menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai kualitas hidup yang cukup baik.
Kebutuhan nutrisi tubuh sangat dipengaruhi dengan berat badan, karenanya diet diberikan disesuaikan dengan berat badan pasien. Berdasarkan Penuntun Diet, jenis diet digolongkan menjadi tiga, yaitu Diet Rendah Protein I : asupan protein 30 gr dan diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg. Diet Protein Rendah II : asupan protein 35 gr diberikan pasien dengan berat badan 60 kg. Diet protein rendah III : asupan protein 40 gr diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg. Makanan diberikan dalam bentuk makanan cair atau lunak untuk meringankan organ pencernaan.
Penatalaksanaan Diet pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik pre dialisis stadium IV dengan TKK < 25 ml/mt pada dasarnya mencoba memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dengan cara mengurang beban kerja nephron dan menurunkan kadar ureum darah. Standar diet pada Penyakit
Ginjal Kronik Pre Dialisis dengan terapi konservatif adalah sebagai berikut:
1. Syarat Dalam Menyusun Diet
Energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur > 60 tahun cukup 30 kkal/kg BB, dengan ketentuan dan komposisi sebagai berikut :
• Karbohidrat sebagai sumber tenaga, 50-60 % dari total kalori.
• Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak sebesar 0,6 gr/kg BB.
Apabila asupan energi tidak tercapai, protein dapat diberikan sampai dengan 0,75 gr/kg BB. Protein diberikan lebih rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi tinggi/hewani hingga = 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50 %.
• Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan ± 30 % diutamakan lemak tidak jenuh.
• Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari ditambah IWL ± 500 ml.
• Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan cairan dalam tubuh. Pembatasan garam berkisar 2,5 – 7,6 gr/hari setara dengan 1000-3000 mg Na/hari.
• Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40 – 70 meq/hari
• Fosfor yang dianjurkan = 10 mg/kg BB/hari
• Kalsium 1400-1600 mg/hari
2. Bahan Makanan yang Dianjurkan
• Sumber Karbohidrat : nasi, makaroni, jagung, roti, kwethiau, kentang, tepung-tepungan, madu.
• Sumber Protein Hewani : telur, susu, daging, ikan, ayam.
• Sumber Vitamin dan Mineral : semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami hipekalemi.
3. Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani
Hasil olahan kacang kedele yaitu tempe dan tahu dapat dipakai sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai sebagai variasi menu atau untuk pasien vegetarian asalkan kebutuhan protein tetap diperhitungkan. Beberapa kebaikan dan kelemahan sumber protein nabati untuk pasien penyakit ginjal kronik akan dibahas.
4. Bahan Makanan yang Dibatasi
Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien mengalami hiperkalemi dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup buah/coktail buah.. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah bayam, gambas, daun singkong, daun pepaya, kelapa muda, santan, teh, leci, pisang, durian, dan nangka.
Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, fetsin, penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.
PEMBAHASAN
Protein berasal dari bahasa Yunani, yaitu proteos berarti yang utama atau didahulukan. Jumlah dan jenis protein yang diberikan pada pasien PGK pre dialisis dalam bentuk Diet Rendah Protein sangat penting untuk diperhatikan karena protein berguna untuk mengganti jaringan yang rusak, membuat zat antibodi, enzim dan hormon, menjaga keseimbangan asam basa, air, elektrolit, serta menyumbang sejumlah energi tubuh.
Bahan makanan yang mengandung semua asam amino disebut lengkap protein, seperti telur, daging, ikan, susu, unggas, keju. Oleh karena itu, protein hewani biasa disebut sebagai protein bernilai biologi tinggi. Bahan makanan nabati, misalnya beras dan kacang-kacangan, mengandung asam amino esensial yang terbatas atau tidak lengkap. Oleh karena itu, dikatakan mengandung protein bernilai biologi rendah.
Metode penilaian kualitas protein dahulu menggunakan Protein Efficiency Ratio (PER) yang berdasarkan respon pertumbuhan pada pemberian sejumlah protein. Saat ini, penilaian mutu protein digunakan Protein Digestibility Corrected Amino Acid Score (PDCAAS) yang menggambarkan jumlah asam amino dari protein dan tingkat daya cernanya pada manusia.
Sumber protein dari produk kedelai, seperti tempe dan tahu cukup aman untuk selingan pengganti protein hewani sebagai variasi menu dengan jumlah sesuai anjuran. Akan tetapi tidak untuk suplemen atau tambahan sehingga melebihi kebutuhan. Hal positif yang didapat dari protein nabati adalah mengandung phytoestrogen yang disebut isoflavon yang memberikan banyak keuntungan pada PGK.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan didapatan protein dari kedelai dapat menurunkan proteinuria, hiperfiltrasi, dan proinflamato cytokines yang diperkirakan dapat menghambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut. Penelitian lain mengenai diet dengan protein nabati pada pasien PGK adalah dapat menurunkan ekresi urea, serum kolesterol total dan LDL sebagai pencegah kelainan pada jantung yang sering dialami pada pasien PGK.
Contoh Bahan Makanan Satu Hari
Jenis Bahan Makanan
|
Kandungan Protein
|
Diet 30 g Protein
|
Diet 35 g Protein
|
Diet 40 g Protein
|
Beras
Telur ayam
Daging
Tempe/Tahu
Sayuran
Buah
Minyak
Gula Pasir
Susu Bubuk
Puding
Madu
Agar-agar
|
100 g
50 g
50 g
25 g
100 g
200 g
35 g
60 g
10 g
150 g
20 g
1 porsi
|
150 g
50 g
50 g
25 g
150 g
200 g
40 g
80 g
15 g
150 g
20 g
1 porsi
|
150 g
50 g
75 g
25 g
150 g
200 g
40 g
100 g
20 g
150 g
30 g
1 porsi
|
CONTOH MENU
CHICKEN PORIDGE
Bahan :
• 3 sdm tepung maizena, larutkan dengan sedikit air
• 50 gr daging ayam cincang
• 40 gr wortel, parut
• 400 ml air • 1 siung bawang putih, haluskan
• ½ sdm minyak jagung
• ¼ sdt garam halus
• ¼ sdt lada halus
Cara Membuat :
• Panaskan minyak jagung, tumis bawang putih hingga harum. Masukkan daging ayam cincang, aduk hingga berubah warna.
• Tuang air, masak sampai mendidih. Tambahkan wortel, lada dan garam. Masak sambil terus di aduk hingga semua bahan matang. Angkat. Hidangkan.
• Untuk 1 Porsi
SEMUR BOLA-BOLA DAGING CINCANG
Bahan :
• Daging Sapi Cincang 300 gr
• Telur Ayam 1 btr
• Tomat 2 bh
• Bawang Merah 6 bh
• Bawang Putih 4 siung
• Saus Tomat 4 sdm
• Garam 2 sdt
• Gula Pasir 2 sdt
• Lada (Merica) 1 sdt
• Air 600 ml
• Margarin 6 sdm
Cara Membuat :
• Campurkan dalam mangkuk : daging cincang, telur, 1 sdt gula, 1 sdt garam, dan 1/2 sdt merica. Lalu aduk rata dan bentuk bulatan sebesar baso
• Panaskan margarin lalu goreng bola daging hingga kecoklatan. Angkat.
• Tumis bawang merah dan bawang putih dengan sisa margarin hingga wangi. Masukkan tomat, saus tomat, 1 sdt gula, 1 sdt garam dan 1 sdt merica lalu masak hingga tomat layu. Terakhir masukkan bola-bola daging goreng, dan masak hingga bumbu meresap.
Kesimpulan:
• Terapi konservatif, yaitu diet dan obat diberikan untuk pasien PGK yang belum menjalani terapi pengganti, dimana TKK < 25 ml/mt (stadium IV PGK).
• Diet yang diberikan adalah rendah protein. Cairan dan elektrolit disesuaikan dengan kondisi pasien.
• Pada Diet Rendah Protein, sumber protein sebagai lauk pauk dianjurkan bersumber dari protein hewani.
• Asupan protein yang konsisten dan terkendali adalah penting.
• Mengatur makanan dan memenuhi anjuran dapat meningkatkan kualitas pasien.